PATOFISIOLOGI BATUK, DEMAM, SAKIT TENGGOROKAN, HEMATURIA, EDEMA PERIORBITA & HIPERTENSI
Infeksi Streptococcus Grup A dapat menyebabkan faringitis ("radang kerongkongan") dan infeksi kulit setempat ("impetigo"). (Ryan KJ).
Bakteri streptococcus kurang sering tetapi lebih serius menyebabkan radang tenggorokan (‘streptokokus kerongkongan’).. adanya peradangan pada bagian tenggorokan (saluran pernapasan) ini yang mengakibatkan batuk. (medicastore.com)
Bakteri radang tenggorokan bisa menyebabkan peradangan yang berlangsung lama, infeksi, dan pembesaran amandel (chronic tonsillitis); nanah di dalam lipatan amandel (cryptic tonsillitis); dan bisul pada jaringan di samping tekak (lateral pharyngeal abscesses), di belakang tekak (retropharyngeal abscesses), atau di sekitar amandel (peritonsillar abscesses).
Beberapa komplikasi langka pada radang tenggorokan streptokokus termasuk glomerulonephritis, atau infeksi pada jaringan (necrotizing fasciitis) dan aliran darah (toxic shock syndrome) yang mengancam nyawa.
Setiap anak dengan radang tenggorokan mengalami tenggorokan luka dan memiliki rasa sakit, yang disebut sakit tenggorokan. (medicastore.com).
Terpaparnya infeksi dalam tubuh dapat mengakibatkan demam.(www.emedicinehealth.com)
Ketika terjadi reaksi antigen-antibodi streptococcus di dalam darah dan bersirkulasi ke glomerulus tempat kompleks tersebut maka secara mekanis terperangkap daam membrane basalis. Selanjutnya komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimerfonuklear (PMN) dn trombosit menuju tempat lesi. Fagositosis dan pelpasan enzim lisosom juga merusak endotel dan membrane glomerulus. Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbullah ploferasi dan mengakibatkan kerusakan kapiler glomerulus. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler glomerulus menyebabkan protein dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang dibentuk ginjal, mengakibatkan proteinurea dan hematuria/kencing darah.
Karna telah terjadi ploferasi dan kerusakan glomerulus maka mengakibatkan fungsi ginjal (GFR) menjadi menurun. penurunan fungsi ginjal ini yang menyebabkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen berkurang, sehingga terjadi edema terutama edema di bagian periorbita.
Adanya retensi air dan natrium juga mengakibatkan peningkatan cairan ekstrcelluler (ECF)/hipervolemia. peningkatan ini mempengaruhi jantung untuk berkontraksi lebih cepat sehingga terjadi hipetensi.
Selain mempengaruhi fungsi ginjal, proliferasi pada glomerulus ini juga akan mengaktifkan peningkatan vasodepresor. Peningkatan vasodepressor akan mengakibatkan vasospasme yang juga akan menimbulkan hipertensi dan edema periorbota. (Sylvia A. Price patofisiology)
Price n wilson
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar