Jumat, 01 April 2011

Tumor tulang

Pendahuluan
Keganasan tulang dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu tumor benigna dan maligna. Klasifikasi yang banyak digunakan untuk kedua jenis tumor ini adalah sebagai berikut :

Tumor Tulang Benigna
Kondrogenik : Osteokondroma, Kondroma
Osteogenik : Osteoid osteoma, Osteobalstoma, Tumor sel Giant

Tumor Tulang Maligna
Kondrogenik : Kondrosarkoma
Osteogenik : Osteosarkoma
Fibrogenik : Fibrosarkoma
Tidak jelas asalnya : Sarcoma Ewing

Osteokondorma
Patofisiologi/Etiologi. Tumor tulang yang paling umum ditemukan adalah osteokondroma. Meskipun awitannya biasanya dimulai pada masa anak, tumor ini berkembang sampai maturitas skeletal dan mungkin tidak terdiagnosa sampai masa dewasa. Tumor ini mungkin tumbuh tunggal ataupun multiple dan dapat terjadi pada tulang manapun. Femur dan tibia adalah yang paling sering terkena.
Pada tampilan makro, tumor mempunyai tudung kartilagenus dengan tunas tulang menembus dari tulang. Seiring perkembangan tudung, tumor menulang dan mungkin menjadi maligna. Kira-kira 10% osteokondroma berkembang menjadi sarkoma.
Insidens/Prevalensi. Osteokondroma terjadi kira-klira 40% dari semua tumor benigna dan cenderung terjadi pada pria.

Kondroma
Patofisiologi/Prevalensi. Kondroma atau endokondroma, secara histologis sangat erat kaitannya dengan presentasi osteokondroma. Kondroma adalah lesi pada kartilago hialin matur yang terutama mengenai tangan dan kaki. Iga, sternum, spinal, dan tulang panjang juga mungkin terkena. Kondroma lambat berkembang dan sering mengakibatkan fraktur patologis setelah cedera ringan.
Insiden/Prevalensi. Kondroma ditemukan pada semua usia, terjadi pada pria dan wanita serta dapat mengnai semua tualng.

Osteoid Osteoma
Patofisiologi/Etiologi. Osteosid osteoma dibedakan melalui tampilannya yang bergranular bersemu merah jambu, yang dihasilkan dari proliferasi osteoblas. Tidak seperti tumor lainnya, lesi tunggalnya berdiameter kurang dari 0,4 inci (1 cm). Setiap tulang dapat terkena, tapi femur dan tibia adalah yang paling sering. Bila osteoid osteoma terjadi pada kolumna spinalis dan sakrum, manisfestasi klinis yang muncul menyerupai sindrom diskus lumbalis. Klien mengeluhkan nyeri yang terputus-putus, mungkin disertai oleh peningkatan kadar prostaglandin yang diasosiasikan dengan tumor.
Insidens/Prevalensi. Kira-kira 10% dari semua tumor benigna adalah osteoid osteoma. Lesi terjadi pada anak dan dewasa muda dengan predominan pada pria.

Osteoblastoma
Patofisiologi/Etiologi. Sering disebut juga osteoid osteoma raksasa, osteoblastoma yang menyerang vertebra dan tulang panjang. Tumor ini lebih besar daripada osteoid osteoma dan terletak pada tulang berongga. Tumor ini berwarna kemerahan, dan tampakan yang granular memfasilitasi diagnosis.
Insidens/Prevalensi. Lesi yang terjadi kurang dari 1% dan menyerang remaja pria serta dewasa muda pada kedua jenis kelamin.

Tumor Sel Raksasa
Patofisiologi/Prevalensi. Asal tumor sel raksasa masih belum bisa ditentukan. Lesi ini agresif dan dapat meluas. Pada pemeriksaan makro lesi tampak kelabu sampai coklat kemerahan dan mungkin melibatkan jaringan lunak sekiarnya. Meskipun diklasifikasikan sebagai tumor benigna, tumor ini dapat bermetastasis ke jaringan paru.
Insiden/Prevalensi. Tidak seperti kembanyakan tumor benigna lainnya, tumor ini menyerang wanita yang berumur lebih dari 20 tahun dengan puncak insiden pada klien usia 30-an. Kira-kir 18% dari seluruh tumor benigna adalah tumor ini.

Tumor Tulang Maligna
Tumor tulang maligna dapat berupa tumor primer atau sekunder (yang berasal dari jaringan lain dan bermetastasis ke tulang). Tumor primer terjadi lebih sering pada usia 10-30 tahun. Seperti juga kanker tulang lainnya, penyebab pasti tidak diketahui. Lesi metastatik paling sering terjadi pada usia yang lebih lanjut dan terjadi pada kebanyakan kanker tulang.

Tumor Primer

Osteosarkoma
Patofisiologi/Etiologi. Osteosarkoma atau osteogenik sarkoma adalah tipe tumor maligna primer yang paling banyak ditemukan. Lebih dari 50% terjadi pada femur distal dan disusul oleh tibia proksimal dan humerus. Tulang pipih dan tulang panjang mempunyai insiden yang hampir sama pada usia lebih dari 25 tahun.
Osteosarkoma adalah lesi yang relatif besar, menyebabkan nyeri dan pembengkakan dalam durasi singkat. Area yang terkena biasanya hangat karena vaskularisasi pada area tersebut meningkat. Bagian pusat massa berupa sklerotik meningkatkan aktivitas osteoblastik; bagian perifernya lembut, meluas melalui korteks tulang dengan tampakan seperti sinar matahari yang klasik, yang diasosiasikan dengn neoplasma. Ekpansi ke dalam kanalis medularis juga umum terjadi.
Osteosarkoma mungkin osteoblastik, kondroblastik, atau fibroblastik, tergantung asal jaringannya. Apapun sumbernya lesinya biasanya bermetastasi ke perifer paru dalam 2 tahun setelah tindakan, dan biasanya berakhir dengan kematian.
Insidens/Prevalensi. Osteosarkoma terjadi lebih sering pada pria dibandingkan wanita (2:1), antara usai 10-30 tahun. Dan pada usia yang lebih tua pada klien dengan penyakit Paget. Klien yang menerima radiasi untuk kanker jenis lain atau klien yang mempunyai lesi benigna juga mempunyai resiko yang tinggi.

Sarkoma Ewing
Patofisiologi/Etiologi. Meskipun sarkoma Ewing tidak seumum tumor tulang lainnya, tumor ini yang paling maligna. Seperti tumor lainnya, tumor ini juga menyebabkan nyeri dan pembengkakan. Sebagi tambahan manifestasi klinis; demam derajat rendah tertentu, leukositosis, dan anemia; membeikan karakter pada lesi ini. Pelvis dan ektremitas bawah adaah yang paling sering diserang. Serangan pada pelvis memberikan tanda prognosa yang buruk.
Pada tingkat selular tumor ini serupa dengan limfoma tulang. Pada hasil Rontgen karakteistiknya berbintik pola destruktif dan tampakan kulit bawang pada permukaan tulang membedakan neoplasma sarkoma Ewing. Seperti tumor maligna lainnya tumor ini juga tidak mempunyai tudung dan sering meluas ke jaringan lunak. Kematian terjadi karena metastasis ke paru atau tulang lainnya.
Insidens/Prevalensi. 5% dari seluruh tumor tulang maligna adalah sarkoma Ewing. Meskipun tumor ini dapat dilihat pada klien berbagai usia, biasanya terjadi pada anak dan dewasa muda pada usia 20-an. Pria mempunyai kecenderungan yang lebih besar.

Kondrosarkoma
Patofisiologi/Etiologi. Kebalikan dari ostosrakoma, klien dengan kondrosarkoma mengalami nyeri tumpul dan pembengkakan dalam waktu yang lama. Tumor umumnya menyerang pelvis dan femur proksimal dekat diafisis. Timbul dari jaringan kartilago, lesi ini merusak tulang dan sering mengkalsifikasinya. Klien dengan kondrosarkoma mempunyai prognosis yang lebih baik dar pada sarkoma osteogenik.
Insidens/Prevalensi. Kondrosarkoma terjadi pada usia paruh baya dan usia yang lebih tua, dengan predominansi ringan pada pria dan terjadi kurang dari 10% dari seluruh tumor tulang maligna.

Fibrosarkoma
Patofisiologi/Etiologi. Muncul dari jaringa fibrosa, fibrosakoma dapat dibagi menjadi beberapa subtipe. Subtipe yang paling maligna adalah histiositoma fibrosa maligna (MFH). Kebanyakan presentasi klinisnya rendah dan insidious, tanpa manifestasi spesifik. Nyeri lokal, dengan atau tanpa masa teraba, terjadi pada tulang panjang ekstremitas bawah. Seperti kanker tulang lainnya, lesi dapat bermetastasis ke paru.
Insidens/Prevalensi. Meskipun MFH menyerang pada semua usia, umumnya terjadi pada pria usia paruh baya. Untungnya lesi ini tidak umum.

Penyaki Tulang Metastatik
Tumor primer pada prostat, payudara, ginjal, tiroid dan paru disebut sebagai kanker ‘pencari tulang’ karena bermetastasi ke tulang lebih sering daripada tumor lain. Vertebra, pelvis, femur dan iga adalah lokasi yang umum diserang. Secara sederhana, tumor primer dibawa melalui aliran darah. Hampir semua lesi metastastatik berasal dari epitel dan berawal dari sumsusm tulang.
Fraktur patologis yang terjadi dalam 10-15% kasus, merupakan pertimbangan utama dalam penatalaksanaan. Area yang paling seing terserang adalah asetabulum dan femur proksimal.
Insidens/Prevalensi. Penyakit ini terutama menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun. Pada klien dengan wiwayat kanker dan nyeri lokal, perlu diduga adanya metastasis. Insiden metastasis tulang berentang dari 20-70% tergantung dari sumber laporan statistik. Diduga insiden yang dilaporkan jauh dibawah nilai yang sebenarnya.

Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya justru sangat jarang. Beberapa tidak menimbulkan masalah besar, sedangkan yang lainnya segera mengancam jiwa.

Pasien dengan tumor tulang daang dengan masalah yang berhubungan dengan tumor tulang yang sangat bervariasi. Dapat tanpa gejala atau dapat juga nyeri (ringan dan kadang sampai konstan dan berat), kecacatan yang bervariasi, dan mungkin adanya pertumbuhan tulang yang jelas terlihat. Kehilangan berat badan, malaise, dan demam dapat terjadi. Tumor kadang baru terdiagnosis saat terjadi patah tulang patoogik.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Gole, Danielle & Jane Chorette. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC.
Otto, Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Rasjad, Choiruddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamimpatue.
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar