Rabu, 09 Mei 2012

USG (ULTRASONOGRAFI)


USG atau ultrasonografi adalah suatu teknik diagnostik pencitraan yang menggunakan ultrasonik yaitu gelombang suara dengan frekuensi yang lebih tinggi dari kemampuan pendengaran manusia. Teknik ini digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran serta strukturnya. Secara umum kegunaan USG adalah membantu menegakkan diagnosis dalam berbagai kelainan organ tubuh
Pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz. Pilihan frekuensi menentukan resolusi gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. Gelombang suara frekuensi tinggi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer/probe. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal akan menimbulkan tegangan listrik dimana fenomena ini disebut  efek Piezo electric. Bentuk kristal juga akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik. Kristal akan mengembang dan mengkerut sesuai dengan pola medan listrik yang melaluinya sehingga dihasilkan gelombang suara frekuensi tinggi.
Salah satu contoh ultrasonografi adalah Sonografi obstetric yang digunakan oleh dokter spesialis kebidanan  untuk memperkirakan usia kandungan, memperkirakan hari persalinan dan juga dapat membantu melihat adanya  kelainan pada kandungan/janin.
Sebelum melakukan pemeriksaan USG ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh pasien yaitu : 
1.      Penderita obstipasi sebaiknya diberikan laksatif di malam sebelumnya.
2.      Untuk pemeriksaan organ-organ di rongga perut bagian atas, sebaiknya dilakukan dalam keadaan puasa dan pada pagi hari dilarang makan dan minum yang dapat menimbulkan gas dalam perut karena akan mengaburkan gambar organ yang diperiksa.
3.      Untuk pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum pemeriksaan, agar diperoleh dilatasi pasif yang maksimal.
4.      Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli harus dalam keadaan penuh.

RUJUKAN :

UBT (Urea Breath Test)


Merupakan pemeriksaan non invasive gold standard untuk deteksi infeksi Helicobacter pylori. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel nafas dan didasarkan pada kemampuan Helicobacter pylori dalam mengeluarkan enzim urease yang dapat mengubah urea menjadi karbondioksida (CO2) dan amonia. Pemberian tablet urea dengan 13C pada pasien dengan infeksi Helicobacter pylori akan menghasilkan 13CO2 yang tinggi pada nafas yang dapat dideteksi dengan spektrofotometer inframerah UBiT-IR300 dengan cara mengukur rasio 13CO2 tersebut dibandingkan dengan baseline (sebelum diberikan tablet urea).
Pemeriksaan UBT dapat dilakukan pada orang dewasa maupun anak-anak, dengan tata cara pemeriksaan yang sama.
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan UBT adalah sebagai berikut :
1.      Berpuasa selama minimal 3 jam
2.      Tidak boleh melakukan pemeriksaan dengan barium
3.      Tidak boleh minum antibiotik dan sediaan bismuth atau sodium ecabet , sukralfat atau protom pump inhibitor 30 hari sebelum pemeriksaan.
Pemeriksaan diawali dengan pengumpulan udara pernafasan normal (baseline) ke dalam sebuah kantong, kemudian pasien diminta untuk meminum  13C-urea (urea berlabel). Setelah itu pasien diminta berbaring ke sisi kiri selama 5 menit sebelum melakukan pengambilan sampel nafas yang kedua. Perbedaan konsentrasi CO2 pada kedua sampel nafas tersebut diukur.
Kegunaan UBT :
1.      Diferensial diagnostik penyakit ulkus peptik dan gastritis kronik yang aktif
2.      Monitoring terapi dan dokumentasi kesembuhan pada pasien dengan infeksi H.pylori
3.      Pemeriksaan hanya ditujukan bagi pasien yang memang akan diterapi
Sensitivitas pemeriksaan UBT untuk diagnosis 95% dan untuk eradikasi 96%, sementara spesifitasnya untuk diagnosis 95% dan untuk eradikasi 96%.
RUJUKAN :

TREADMILL

Treadmill adalah perekaman EKG yang terus berlangsung tanpa henti. Kegunaannya adalah untuk menilai kondisi jantung dengan cara merekam jantung disertai latihan fisik. Selain dapat mendeteksi aritmia, treadmill juga dapat digunakan sebagai tes skrining yang dapat mendeteksi adanya penyempitan arteri koroner yang dapat membatasi suplai oksigen ke otot jantung.
Persiapan pasien sebelum melakukan treadmill :
1.      Tidak makan dan minum (kecuali makanan ringan dan air putih) minimal 4 jam sebelum pemeriksaan untuk mengurangi mual dan muntah
2.      Mengenakan pakaian longgar dan nyaman serta sepatu yang nyaman
3.      Pasien dianjurkan menghentikan meminum obat khusus jantung 1-2 hari sebelum pemeriksaan.

Pemeriksaan treadmill tidak diperbolehkan pada kondisi-kondisi sebagai berikut :
1.      Infark miokard akut atau komplikasi infark miokard
2.      Perubahan hasil EKG yang signifikan yang menunjukkan keadaan infark atau keadaan akut jantung
3.      Angina yang tidak stabil
4.      Gagal jantung kongestif
5.      Ventricular atau atrial disaritmia
6.      Memiliki sejarah penggunaan obat-obatan seperti digoxin, diuretic, sedative, psikotropika
7.      Stenosis aortic atau Left ventricular hypertrophy
8.      Dicurigai aneurism
9.      Miokarditis atau miokardiopati
10.  Thrombophlebitis aktif
11.  Emboli sistemik atau paru 3 bulan terakhir
12.  Sedang menderita penyakit infeksi.

RUJUKAN :

SPIROMETRI


Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer.

Tujuan :
-       mengukur volume paru secara statis dan dinamik
-       menilai perubahan atau gangguan pada faal paru

Prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC). Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin  Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin.

Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien dilakukan anamnesa, pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pada spirometer terdapat nilai prediksi untuk orang Asia berdasarkan umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak sesuai dengan standar Indonesia, maka dilakukan penyesuaian nilai prediksi menggunakan standar Indonesia. Volume udara yang dihasilkan akan dibuat prosentase pencapaian terhadap angka prediksi.

Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital capacity (SVC) atau forced vital capacity (FVC). Pada SCV, pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal.

Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan :
1.      Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter.
2.      Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama dengan FVC  merupakan indikator  utama fungsi paru-paru.
3.      FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar 75% - 80%
4.      FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional
5.      Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik.
6.      FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal mid-expiratory flow)

Klasifikasi gangguan ventilasi (% nilai prediksi) :
Gangguan restriksi      : Vital Capacity (VC) < 80% nilai prediksi; FVC < 80% nilai prediksi
Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi
Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC < 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi.

Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang menyebabkan spirogram tidak memenuhi syarat :
1.      Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah
2.      Batuk
3.      Terminasi lebih awal
4.      Tertutupnya glottis
5.      Ekspirasi yang bervariasi
6.      Kebocoran

Setiap pengukuran sebaiknya dilakukan minimal 3 kali. Kriteria hasil spirogram yang reprodusibel (setelah 3 kali ekspirasi) adalah dua nilai FVC dan FEV1 dari 3 ekspirasi yang dilakukan menunjukkan variasi/perbedaan yang minimal (perbedaan kurang dari 5% atau 100 mL)
RUJUKAN :

RADIOLOGI / FOTO THORAX


Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv.
Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit  paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu.
Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :
-       untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler)
-       untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax)
-       untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB)
-       untuk memeriksa keadaan jantung
-       untuk memeriksa keadaan paru-paru
Pada beberapa kondisi, CXR baik untuk skrining tetapi buruk untuk diagnosis. Pada saat adanya dugaan kelainan berdasarkan CXR, pemeriksaan imaging thorax tambahan dapat dilakukan untuk  mendiagnosis kondisi secara pasti atau mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada diagnosis yang diperoleh dari CXR.
Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi relatif  tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum adalah posteroanterior (PA), anteroposterior (AP) dan lateral.
1. Posteroanterior (PA)
Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior (back) dari thorax dan keluar dari anterior (front) dimana X-ray tersebut terdeteksi. Untuk mendapatkan gambaran ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang merupakan detektor X-ray. Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak yang standard, dan pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien.
2. Anteroposterior (AP)
Pada AP posisi sumber X-ray dan detector berkebalikan dengan PA. AP chest X-ray lebih sulit diinterpretasi dibandingkan dengan PA dan oleh karena itu digunakan pada situasi dimana sulit untuk pasien mendapatkan normal chest x-ray seperti pada pasien yang tidak bisa bangun dari tempat tidur. Pada situasi seperti ini, mobile X-ray digunakan untuk mendapatkan CXR berbaring (“supine film”). Sebagai hasilnya kebanyakan supine film adalah juga AP.
3. Lateral
Gambaran lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan PA namun pada lateral pasien berdiri dengan kedua lengan naik dan sisi kiri dari thorax ditekan ke permukaan datar (flat).
Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :
1. Nodule (daerah buram yang khas pada paru)
Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma (tuberculosis), infeksi (pneumoniae), vascular infarct, varix, wegener’s granulomatosis, rheumatoid arthritis.  Kecepatan pertumbuhan, kalsifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa membantu dalam diagnosis. Nodul juga dapat multiple.
2. Kavitas
Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker, emboli paru, infeksi Staphyllococcus. aureus, tuberculosis, Klebsiella pneumoniae, bakteri anaerob dan jamur, dan wegener’s granulomatosis.
3. Abnormalitas pleura.
Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi pleura dapat terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan lymphangioleiomyomatosis.
Walaupun CXR ini merupakan metode yang murah dan relatif aman namun  ada beberapa kondisi thorax yang serius yang mungkin memberikan hasil CXR normal misalnya pada pasien infark miokard akut yang dapat memberikan gambaran CXR yang normal.

RUJUKAN :

EKG (ELEKTROKARDIOGRAFI)


EKG atau elektrokardiografi adalah pencatatan grafik variasi-variasi potensial listrik yang disebabkan oleh aktivitas listrik otot jantung dan terdeteksi pada permukaan tubuh. Prinsip kerja EKG  adalah merekam signal elektrik yang berkaitan dengan aktivitas jantung dan menghasilkan grafik rekaman tegangan listrik terhadap waktu.
EKG adalah suatu metode untuk mempelajari kerja otot jantung sehingga dapat membantu diagnosis abnormalitas jantung dan kecenderungan atau perubahan fungsi jantung.
Electrocardiograph adalah alat untuk melakukan elektrokardiografi sedangkan electrocardiogram adalah kertas yang mencatat grafik variasi-variasi potensial listrik yang disebabkan oleh eksitasi otot jantung dan terdeteksi pada permukaan tubuh.

Elektrokardiogram yang normal menunjukkan defleksi/pembelokkan yang dihasilkan dari aktivitas atrial dan ventricular sebagai perubahan kecenderungan tegangan/voltage dan polaritas (positif dan negatif) terhadap waktu. Defleksi pertama  atau P wave adalah hasil eksitasi atria; Defleksi kompleks QRS adalah hasil eksitasi (depolarisasi) ventrikel dan T wave sebagai hasil recovery ventrikel (repolarisasi)

Faktor-faktor  kritis yang mempengaruhi pemeriksaan EKG :
1.      Penempatan elektroda yang tidak benar atau elektroda yang tidak menempel sempurna di kulit dapat mempengaruhi keakuratan rekaman EKG.
2.      Suhu di area pemeriksaan harus dipertahankan pada suhu 20-25oC dan kelembabannya harus rendah.
3.      Pemeriksaan EKG harus jauh dari peralatan yang menyebabkan bising seperti ultrasonic, X-ray, handphone atau alat elektronik lainnya.
4.      Pasien harus dalam kondisi tenang, tidak bergerak atau berbicara selama pemeriksaan. Kaki dan lengan pasien dipastikan tidak kontak dengan bahan metal.
5.      Data usia dan jenis kelamin pasien harus  benar karena beberapa jenis alat EKG menginterpretasi hasil berdasarkan usia dan jenis kelamin.
6.      Tidak menggunakan barang yang mengandung logam seperti jam, handphone, kunci dll
7.      Pasien tidak diperkenankan berolah raga sebelum pemeriksaan

RUJUKAN :

AUDIOMETRI


Audiometri adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat/ambang batas pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila ada. Pemeriksaan dilakukan dengan memakai alat audiogram nada murni di dalam ruang kedap suara.
Prinsip pemeriksaannya adalah bermacam-macam frekuensi dan intensitas suara (dB) ditransfer melalui headset atau bone conducter ke telinga atau mastoid dan batasan intensitas suara (dB) pasien yang tidak dapat didengar lagi dicatat, melalui program computer atau diplot secara manual pada kertas grafik.
Kegunaan audiometri  :
-       untuk mengetahui derajat ketulian ringan, sedang atau berat
-       untuk mengetahui jenis tuli konduktif, tuli syaraf (sensorineural) atau tuli campuran
Indikasi pemeriksaan :
1.      Adanya penurunan pendengaran
2.      Telinga berbunyi dengung (tinitus)
3.      Rasa penuh di telinga
4.      Riwayat keluar cairan
5.      Riwayat terpajan bising
6.      Riwayat trauma
7.      Riwayat pemakaian obat ototoksik
8.      Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga
9.      Gangguan keseimbangan
Derajat parameter ketulian :
- Tuli ringan                 : 26-40 dB
- Tuli sedang               : 41-60 dB
- Tuli berat                   : 61 – 90 dB
- Tuli sangat berat       : > 90 dB
Pelaporan hasil berupa ambang dengar normal, ambang dengar dengan tuli konduktif, ambang dengar dengan tuli sensorineural, ambang dengar tuli campuran
RUJUKAN :

PANEL PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Guna mempermudah dokter atau pelanggan untuk menentukan jenis pemeriksaan laboratorium yang sesuai dengan kondisi kesehatan atau kebutuhannya, maka Laboratorium Klinik Prodia merancang beberapa kumpulan pemeriksaan laboratorium yang disebut sebagai PANEL PEMERIKSAAN LABORATORIUM.

Panel pemeriksaan laboratorium adalah sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang untuk tujuan mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau pengobatan, dan lain-lain.

- Tujuan : sebagai panduan untuk mempermudah dokter atau pelanggan menentukan jenis pemeriksaan laboratorium sesuai dengan tujuan pemeriksaan bagi pasien yang bersangkutan.
- Sifat: tidak mengikat, artinya dokter atau pelanggan dapat menambahkan atau mengurangi jenis pemeriksaan laboratorium sesuai kondisi masing-masing pasien.

Berikut ini adalah beberapa panel pemeriksaan laboratorium yang disediakan oleh Laboratorium Klinik Prodia.

:: PANEL CHECK UP KESEHATAN
Tujuan: mengetahui kualitas kesehatan secara umum, baik yang menyangkut fungsi organ maupun kondisi metabolisme tubuh.

Panel Check Up
Hematologi Rutin, Urin Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fosfatase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa*, Urea N*, HBsAg, Anti-HCV, Kreatinin, Asam Urat*, Cholesterol Total, Trigliserida*, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL Direk

Panel General Medical Check Up (tersedia di cabang tertentu)
Panel Check Up + Pemeriksaan Non Laboratorium (pemeriksaan fisik dan tekanan darah, rontgen, EKG)

Panel Check Up Plus
Hematologi Rutin, Urin Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fosfatase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa*, Urea N*, HBsAg, Anti-HCV, Kreatinin, Asam Urat*, Cholesterol Total, Trigliserida*, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL Direk, AFP, PSA (pria), Pap Smear (wanita)

Panel General Medical Check Up Plus (tersedia di cabang tertentu)
Panel Check Up Plus + Pemeriksaan Non Laboratorium (pemeriksaan fisik dan tekanan darah, rontgen, treadmill)

Pemeriksaan Non Laboratorium (tersedia di cabang tertentu)
Pemeriksaan fisik dan tekanan darah, foto dada (rontgen), ultrasonografi (USG), elektrokardiografi (EKG), treadmill

:: PANEL PREMARITAL
Tujuan: mendeteksi adanya penyakit menular, menahun atau diturunkan, yang dapat mempengaruhi kesuburan pasangan maupun kesehatan janin.

Jenis pemeriksaan: Hematologi Rutin, Urin Rutin, Glukosa Puasa*, HBsAg, VDRL/RPR, Golongan Darah (A,B,O) dan Rhesus, Gambaran Darah Tepi, Anti-Rubella IgG (perempuan), Anti-Toxoplasma IgG (perempuan), Anti-CMV (perempuan)

:: PANEL AWAL KEHAMILAN
Tujuan: mengetahui adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan Ibu hamil maupun janinnya.

Jenis pemeriksaan: Hematologi Rutin, Urin Rutin, Glukosa Puasa*, Glukosa 2 jam PP, HBsAg, Golongan Darah (A,B,O) dan Rhesus, VDRL/RPR, Anti-Rubella IgG & IgM, Anti-Toxoplasma IgG & IgM, Anti-CMV IgG & IgM, Anti-HSV2 IgG & IgM

:: PANEL TORCH
Tujuan: mengetahui adanya infeksi dan status kekebalan terhadap parasit Toxoplasma, virus Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan virus Herpes tipe 2 (HSV2) yang dapat mempengaruhi kesehatan janin.

Jenis pemeriksaan: Anti-Toxoplasma IgG & IgM, Anti-Rubella IgG & IgM, Anti-CMV IgG & IgM, Anti-HSV2 IgG & IgM

:: PANEL PEMERIKSAAN HIPERTENSI EVALUASI AWAL
Tujuan: mencari kemungkinan penyebab hipertensi, menentukan ada/tidaknya komplikasi hipertensi, memperkirakan perjalanan penyakit, serta menentukan faktor risiko lain pada penyakit-penyakit yang menyertai hipertensi.

Jenis pemeriksaan: Hematologi Rutin, Hematokrit, Urin Rutin, Glukosa Puasa*, Glukosa 2 jam PP, Cholesterol Total, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL Direk, Trigliserida*, Apo B*, Urea N*, Kreatinin, Asam Urat*, Kalium (serum & urin 24 jam), Natrium (serum & urin 24 Jam, Albumin Urin Kualitatif (Mikroalbumin Kualitatif), Renin (PRA)**

:: PANEL PENGELOLAAN HIPERTENSI
Tujuan: memantau keberhasilan pengobatan hipertensi.

Jenis pemeriksaan: Urin Rutin, Glukosa Puasa*, Cholesterol Total, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL Direk, Albumin Urin Kualitatif (Mikroalbumin Kualitatif), Trigliserida*, Apo B*, Urea N*, Kreatinin, Asam Urat*, Kalium, Natrium

:: PANEL PENGELOLAAN DIABETES MELITUS
Tujuan: memantau hasil pengobatan, dan mendeteksi faktor risiko komplikasi Diabetes Melitus.

Jenis pemeriksaan: Glukosa Puasa*, Glukosa 2 jam PP, HbA1c, Kreatinin, Urin Rutin, Trigliserida*, GPT, Cholesterol Total, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL Direk, Albumin Urin Kuantitatif (Mikroalbumin Kuantitatif), Albumin/Globulin

:: PANEL LEMAK
Tujuan: mengetahui kadar berbagai jenis lemak yang penting dalam proses terjadinya penyumbatan pembuluh darah (Aterosklerosis).

Jenis pemeriksaan: Cholesterol Total, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL Direk, Trigliserida*, Apo B*

:: PANEL SINDROM METABOLIK
Tujuan: mengetahui adanya sindrom metabolik yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke, serta diabetes melitus.

Panel Sindrom Metabolik 1
Lingkar Perut, Tekanan Darah, Trigliserida*, Cholesterol HDL, Glukosa Puasa*, Adiponektin

Panel Sindrom Metabolik 2
Lingkar Perut, Tekanan Darah, Trigliserida*, Cholesterol HDL, Glukosa Puasa*, Adiponektin, Cholesterol Total, Cholesterol LDL Direk, hs-CRP, Apo B*, SAT, GPT

:: PANEL UJI SARING VAKSINASI HEPATITIS B VIRUS

Tujuan: mengetahui adanya infeksi dan status kekebalan terhadap virus Hepatitis B.

Jenis pemeriksaan: HBsAg, Anti-HBs, Anti-HBc

:: PANEL RISIKO PJK/STROKE
Tujuan: menentukan dan memperkirakan faktor risiko yang dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke.

Jenis pemeriksaan: Cholesterol Total, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL Direk, Trigliserida*, Apo B*, Lp(a)*, Adiponektin, Glukosa 2 jam PP, Status Antioksidan Total, Fibrinogen, ACA IgG & IgM, Homosistein, hs-CRP, Insulin & Glukosa Puasa*

:: PANEL OSTEOPOROSIS

Tujuan: mendeteksi dini risiko terjadinya pengeroposan tulang/osteoporosis.

Jenis pemeriksaan: CTx, N-MID Osteocalcin

:: PANEL DEMAM
Tujuan: mengetahui penyebab demam.

Jenis pemeriksaan: Hematologi Lengkap, Urin Rutin, Malaria, Widal, Gal Kultur, Anti-Dengue IgG & IgM, CRP Kuantitatif / hs-CRP, GOT, GPT

Keterangan:
* Puasa 12 jam.
** Persiapan khusus, hubungi petugas laboratorium.

Untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang handal, persiapkan diri Anda sebaik-baiknya sesuai petujuk berikut ini:

Tata cara persiapan puasa secara umum
1. Pastikan Anda memperoleh asupan karbohidrat yang cukup (paling sedikit 150g/hari) selama 3 hari sebelum pemeriksaan.

2. Puasa selama 12 jam, yaitu sejak malam hari hingga waktu pengambilan darah / bahan pemeriksaan lain.

Selama puasa :

- Tidak boleh makan apapun, termasuk permen karet.

- Tidak minum teh, kopi, susu, dan lain-lain, meski tanpa gula.

- Minum air putih tetap diperbolehkan, terutama bila diperlukan pengambilan bahan pemeriksaan dari urin.

- Tidak merokok.

- Jangan berpuasa lebih dari 14 jam.

3. Tidak berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang berat sejak 12 jam sebelum pengambilan darah.

4. Berhenti minum obat sejak 4-24 jam sebelum pengambilan darah atau 48-72 jam sebelum penampungan urin, kecuali dokter tetap menganjurkan minum obat atau kondisi kesehatan tidak memungkinkan (informasikan hal ini kepada petugas laboratorium).

RUJUKAN : www.prodia.co.id


THALASSEMIA


Apa itu Thalassemia ?
Thalassemia merupakan penyakit kelainan darah yang diturunkan / diwariskan, karena adanya kelainan genetik yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam sintesis atau produksi rantai globin. Akibatnya, produksi hemoglobin berkurang, kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari usia sel darah merah normal (<120 hari), sehingga penderita akan mengalami gejala anemia / kurang darah.
Apa Penyebab Thalassemia ?
Adanya kelainan/perubahan/mutasi pada gen globin alfa atau gen globin beta, sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak.
Bagaimana Gejala Thalassemia ?
·         Anemia - Pucat, sulit tidur, lemas, kurang nafsu makan, infeksi yang sering berulang.
·         Jantung Berdebar - Jantung bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hemoglobin dan semakin lama jantung akan menjadi lemah dan mudah berdebar-debar
·         Tulang Tipis dan Rapuh - Sel darah diproduksi dalam sumsum tulang. Pada keadaan thalassemia sumsum tulang dipaksa bekerja lebih keras untuk pembentukan hemoglobin lebih banyak. Pada kasus thalssemia berat (mayor), tampilan khas penderitanya adalah batang hidung yang melesak ke dalam atau “facies cooley”.

Deteksi Thalassemia Melalui Panel Uji Saring Thalassemia
Panel Thalassemia merupakan serangkaian pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan thalassemia. Pemeriksaan ini terdiri dari:
·         Hematologi rutin – Untuk mengetahui nilai MCV-volume hemoglobin dalam sel darah merah dan MCH-konsentrasi hemoglobin di dalam sel darah merah
·         Gambaran darah tepi – Untuk melihat morfologi eritrosit (bentuk/gambaran sel darah merah)
·         Analisis Hb – Untuk mendeteksi hemoglobin yang abnormal, baik jumlah produksi maupun jenisnya
·         Badan inklusi HbH – Untuk mendeteksi kemungkinan pembawa sifat thalassemia atau HbH disease
·         Ferritin – Untuk mengetahui apakah anemia disebabkan oleh defisiensi / kekurangan zat besi, penyakit kronik atau thalassemia
·         Tes Presipitasi DCIP – Untuk mendeteksi kelainan hemoglobin varian HbE

Pengobatan Yang  Diberikan
Penderita thalassemia mayor memerlukan perhatian lebih khusus. Pada umumnya, penderita thalassemia mayor harus menjalani transfusi darah dan pengobatan seumur hidup.
Selain transfusi darah, perlu diberikan obat desferal (deferoxamine) untuk mengatasi penumpukan zat besi di dalam organ tubuh akibat transfusi darah berulang dalam waktu lama. Obat ini diberikan melalui suntikan di bawah kulit atau infus, yang dapat mengikat zat besi tersebut untuk dikeluarkan melalui urin.
Namun, cara ini sangat menyakitkan bagi anak-anak, untunglah untuk saat ini sudah ditemukan obat tablet deferasiroxpengganti suntikan infus desferal, yang dapat diberikan pada penderita berusia di atas dua tahun.

Cara Mencegah Thalassemia
·         Mencegah perkawinan antara dua orang pembawa sifat thalassemia
·         Memeriksa janin yang dikandung oleh pasangan pembawa sifat thalassemia, dan menghentikan kehamilan bila janin dinyatakan sebagai penderita thalassemia mayor

Thalassemia merupakan penyakit keturunan yang tidak dapat disembuhkan. Prevalensi penyakit Thalassemia dapat dicegah atau dikurangi  jika setiap orang melakukan pemeriksaan atau skrining Thalassemia.

RUJUKAN :